Salahuddin Al Ayyubi Tingkatan 5

Pencapaian Karir Shalahuddin Al Ayyubi

Shalahuddin Al Ayyubi adalah pahlawan Islam yang pemberani dan seorang tokoh yang senantiasa menepati janji-janjinya. Inilah Islam yang meberikan keamanan kepada semua manusia dan memperlakukan mereka dengan baik. Musuh-musuh Shalahuddin mengakui sifat-sifatnya yang berjiwa ksatria, berakhlak mulia, memuliakan tamu, tidak khianat, memberi maaf kepada yang berbuat salah, dan memberikan pasukan Salib pelajaran yang tidak bisa mereka lupakan. Berawal dari kejadian itu, banyak dari para tawanan pasukan Salib yang akhirnya masuk Islam. Mereka sadar, bahwa agama yang dianut Shalahuddin adalah agama yang benar dan penuh damai[24].

Shalahuddin Al Ayyubi bukanlah orang yang senang mengajak berperang, ia adalah seorang penjaga kebebasan. Penjaga dan pembela Negara Islam dari musuhnya, yaitu pasukan Salib. Ia menjadi pahlawan Islam karena pasukan Salib telah menjajah negara Islam dengan kekuatan dan paksaan, preampasan semena-mena, juga membunuh orang yang tidak berdosa. Shalahuddin telah mengambil pelajaran hidupnya dari Nabi Muhammad saw.

Dalam sebuah pertempuran yang sangat besar, Shalahuddin selalu menyempatkan dirinya untuk melaksanakan shalat fardhu maupun sholat sunnah bersama para pasukannya. Suatu ketika pada saat Shalahuddin dan pasukannya berhasil memenangkan sebuah pertempuran menghadapi pasukan Salib menuju pembebasan Baitul Maqdis (Yerusalem) yang bertepatan dengan hari Jum‟at, semua pasukan melaksanakan Shalat Jum‟at. Karena ketakwaannya kepada Allah swt, perjuangannya dimudahkan oleh-Nya hingga dikuasainya Baitul Maqdis oleh Shalahuddin Al Ayyubi.

Babak pertama pencapaian Shalahuddin menuju ketenarannya, seperti telah disebutkan, terjadi ketika Nuruddin berkuasa, saat Shalahuddin harus menjalani perjuangan sulit untuk mendapatkan kekuasaan di Mesir sebagai pembantu Nuruddin yang menjadi pengawal pamannya. Perjuangannya yang sangat besar Setelah wafatnya Nuruddin, pemerintahan Umat Islam berada dalam genggamannya. Fokus utama Shalahuddin adalah mendapatkan kredibilitas bahwa dirinya adalah penerus Nuruddin.

Dekade pertama kekuasaannya dihabiskan untuk menaklukkan kekuatan Muslim dengan tujuan untuk mempersatukan Umat Islam dan bersama-sama berjuang melawan dominasi pasukan Salib yang berada di wilayah Arab. Dengan di dudukinya Aleppo, Shalahuddin telah menyatukan Suriah dan Mesir dalam kekuasaannya dan berhasil mengembalikan Baitul Maqdis dalam wilayah kekuasaannya. Perang melawan tentara salib yang pertama adalah melawan Amalric I Raja Yerusalem, yang kedua melawan Baldwin IV (putra Amalric 1), yang ketiga melawan Raynald de Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah tidur laut mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V sehingga kota-kota seperti Teberias, Nasirah, Samaria, Suweida, Beirut, Batrun, Akra, Ramalah, Gaza Hebron dan Baitul Maqdis berhasil dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.

Shalahuddin Al Ayyubi juga menaruh perhatiannya terhadap pemeliharaan pokok-pokok akidah Islam sesuai dengan madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) dan mengikuti pendekatan madzhad As‟ary. Ia bersungguhsungguh memerangi penyimpangan apapun darinya dan membasmi gejalagejalanya. Dinasti Ayyubiyah telah memperluas penyebaran akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah di Mesir dan segenap penjurunya. Shalahuddin berambisi agar akidahnya mempunyai pengaruh pada berbagai lembaga pemikiran dan pendidikan yang dibangunnya, antara lain :

Upaya keluarga Ayyubiyun dalam membangun berbagai Madrasah ini tidak hanya terbatas di Kairo Saja, tetapi telah diperluas pula ke wilayah lain. Shalahuddin dan keluaraga beserta para pengikutnya melalui berbagai kerja keras telah mampu menarik minat para ulama Sunni yang berbondong-bondong datang ke Mesir dengan tujuan untuk mengeluarkan negeri itu dari keterasingan pemikiran dan memulihkan hubungan erat dengan pusat-pusat kebudayaan Sunni di dunia Islam, seperti Baghdad, Damaskus, dan Cordoba[26].

[1] Alwi Alatas.2014. Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III.Cetakan I. Jakarta.IKAPI .hlm. 40.

[2] Rizem Aizid.2015.Para Panglima Perang Islam.cetakan I. Yogyakarta. Saufa. hlm. 253

[3] Ali Muhammad As-Shalabi.2014. Shalahuddin Al-Ayyubi Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis.Cetakan III. Jakarta. Pustaka Al- Kautsar. hlm.296

[4] IAlwi Alatas. 2014. Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III.Cetakan I.  Jakarta. IKAPI .hlm.48)

[8] Lilik Rochmad Nurcholisho. 2010. Shalahuddin Al Ayyubi Pahlawan Hittin dan Pembebas Baitul Maqdis. Cetakan I. Jakarta.Inti Medina (IKAPI).hlm. 9

[10] Muhammad Ali Fakih. 2011. Tokoh-tokoh Perang Salib Paling Fenomenal. Cetakan I. Jogjakarta. Najah Divapress. hlm. 69

[11] Ali Muhammad As-Shalabi.2014. Shalahuddin Al-Ayyubi Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis.Cetakan III. Jakarta. Pustaka Al- Kautsar. hlm. 230-231

[12] Alwi Alatas. 2014. Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III.Cetakan I.  Jakarta. IKAPI .hlm.123

[13] Salahudin Sanusi.       1967.   Integrasi   Ummat       Islam.    cetakan         I. Bandung. IQAMATUDDIN. hlm.19

[14] Alwi Alatas. 2014. Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III.Cetakan I.  Jakarta. IKAPI .hlm.127

[15] Lilik Rochmad Nurcholisho. 2010. Shalahuddin Al Ayyubi Pahlawan Hittin dan Pembebas Baitul Maqdis. Cetakan I. Jakarta.Inti Medina (IKAPI).hlm. 32

[17] Ibnu Katsir “Ringkasan Bidayah wa Nihayah”, diakses dari. http://ebooksislam.fuwafuwa.info/_Ibnu Katsir/Ringkasan Al Bidayah Wan Nihayah.pdf,

[18] Ali Muhammad As-Shalabi.2014. Shalahuddin Al-Ayyubi Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis.Cetakan III. Jakarta. Pustaka Al- Kautsar. hlm.634

[19] Abdul Latip Talib. 2008. Shalahuddin Al Ayyubi : Sang Penakluk Yerusalem.Cetakan I. Bandung. Madania Prima. hlm. 294

[20] Alwi Alatas. 2014. Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III.Cetakan I.  Jakarta. IKAPI .hlm. 473

[21] Badri Yatim. 2008.  Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II.Ed. 1. Jakarta. PT Raja Grafindo hlm. 78

[22] Carole Hillenbrand. 2015. Perang Salib Sudut Pandang Islam. Cetakan I, Jakarta.

PT.Kalola Printing. Hlm 238

[23] Ali Muhammad As-Shalabi.2014. Shalahuddin Al-Ayyubi Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis.Cetakan III. Jakarta. Pustaka Al- Kautsar. hlm. 303.

[24] Muhammad Ash-Syayim.2000. Shalahuddin Al Ayyubi Sang Pejuang Islam.Jakarta. Gema Insani.hlm.52

[25] ibid. hlm.344-348

Dalam sejarah hubungan Kristen dan Islam telah terjadi begitu banyak konflik yang didasari oleh beragam kepentingan dari pihak masing-masing. Salah satu konflik tersebut adalah Perang Salib, Perang yang berlangsung selama beberapa periode dalam kurun waktu ratusan tahun silam telah mengakibatkan kerugian besar di antara kedua belah pihak yang berseteru—terkurasnya kekayaan Eropa hingga tingginya angka kematian. Di antara beberapa periode yang berlangsung, Perang Salib III adalah Perang Salib yang paling dahsyat karena melibatkan perseteruan dua tokoh besar dari pihak Kristen dan Islam, yakni Salahuddin Al-Ayyubi dan Richard si hati Singa. Konflik yang berkembang di antara dua tokoh paling hebat dan mengagumkan dalam turnamen mahasuci itu kini masih bergaung dalam sejarah dan politik modern Timur Tengah. Pengaruhnya bahkan lebih luas lagi; meliputi konflik antara Kristen dan Islam di sepenjuru dunia, dari Bosnia, Kosovo, Chechnya, Libanon, Malaysia, hingga Indonesia. Sang penulis, James Reston Jr., melalui penelitiannya mengungkapkan bagaimana sejarah panjang Perang Salib III berlangsung. James juga dengan adil mendeskripsikan bagaimana dua pemimpin besar yang berseteru dalam Perang Salib III berjuang untuk merebut dan mempertahankan Tanah Suci, Yerusalem, di mana dari Kubah Batu—yang darinya, Rasul Muhammad naik ke sidratul muntaha dalam perjalanan malamnya menuju Allah swt. Dan tempat di mana Yesus menghabiskan sebagian hidupnya untuk berdakwah.

Ketika akhirnya tentara Eropa angkat kaki dari Harem, Raja al-Shalih segera mengerahkan pasukannya. Ilustrasi: Ist

Harem adalah sebuah kota di sisi barat Halab (Aleppo),

. Kisah terbunuhnya Sa'duddin Kamesytakin, penguasa Kota Harem, dan pengepungan atas kota tersebut oleh pasukan

diceritakan Ibnu al-Atsir dalam bukunya berjudul "

" yang diterjemahkan Abu Haytsam menjadi "

Dikisahkan, pada tahun 573 H Raja al-Shalih Ibn Nuruddin, penguasa Halab, menangkap Sa'duddin Kamesytakin. Sa'duddin dulunya merupakan orang yang dipercaya mengatur urusan kerajaan dan memiliki wewenang dalam negara.

Penangkapannya disebabkan karena di Halab ada seseorang yang pernah menjadi abdi kerajaan, yang bernama Abu Shalih Ibn al-`Ajmi. Dahulu, ia mengabdi pada Nuruddin Mahmud, dan ketika Nuruddin meninggal dunia, ia juga mengabdi pada kerajaan anaknya, Raja al-Shalih.

Ia berkedudukan seperti seorang menteri agung karena banyaknya pengikut di Halab. Sehingga, semua orang yang tidak suka kepada Kamesytakin bergabung kepada Shalih. Kedudukannya pun menjadi kuat, dan pengikutnya menjadi banyak. Ia seorang yang dermawan dan berjiwa perwira. Ia menjadi penyatu negeri di Halab, orang yang didengar pendapatnya, dan dituruti perintahnya.

Pada suatu hari ketika ia sedang berada di masjid, tiba-tiba ada seorang pengikut Syi'ah al-Bathiniyyah menikamnya hingga tewas. Sepeninggalnya, Sa'duddin menjadi kuat, dan posisinya menjadi kokoh. Ketika Abu Shalih terbunuh, beberapa orang menuduh Sa'duddin sebagai dalangnya.

Mereka mengatakan bahwa Sa'duddinlah yang mengupah orang Syi'ah itu untuk membunuh Abu Shalih. Mereka melaporkan hal ini kepada Raja al-Shalih.

Bahkan mereka menambah-nambahkan bahwa Sa'duddin melecehkan Raja dengan menyebutnya lemah, dan tidak mempunyai kekuasaan. Juga bahwa Sa'duddin telah mengendalikan Raja, menghinanya, meremehkannya, dan membunuh menterinya.

Mereka masih bersama Raja hingga Sa'duddin tertangkap. Benteng Harem milik Sa'duddin telah dijadikan daerah otonomi oleh Raja al-Shalih. Orang-orang yang berada di dalam benteng menolak

untuk menyerahkan diri setelah penangkapan Sa'duddin. Mereka malah berlindung di dalam benteng.

Sa'duddin kemudian digiring ke benteng itu, dan diarak supaya ia mau memerintahkan pengikut-pengikutnya untuk menyerahkan benteng itu kepada Raja al-Shalih. Sa'duddin lalu melakukannya, akan tetapi mereka menolak.

Sa'duddin Kamesytakin pun disiksa dengan disaksikan para pengikutnya. Akan tetapi tampaknya mereka tidak mengasihaninya, sehingga matilah Sa'duddin di tengah siksaan.

Sementara itu para pengikutnya masih bertahan, menolak menyerah, dan melawan. Ketika Eropa melihat hal itu, mereka segera bergerak menuju Harem dari Humat pada bulan Jumadil Awwal dengan dugaan bahwa benteng itu sudah tidak ada lagi yang mau mempertahankannya. Dan, bahwa Raja al-Shalih masih kanak-kanak, bala tentaranya sedikit, dan Shalahuddin Al Ayyubi sedang berada di Mesir.

Mereka menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, dan menuju benteng Harem.

Mereka mengepung tempat ini selama empat bulan. Benteng tersebut dihujani dengan tembakan meriam pelontar batu. Mereka berusaha mendirikan tangga di dinding benteng, dan terus berusaha hingga Raja al-Shalih membayar kepada mereka dengan sejumlah harta.

Raja lalu mengatakan kepada mereka bahwa Shalahuddin telah tiba di Syam - barangkali orang-orang yang ada di dalam benteng itu akan menyerahkannya kepada Shalahuddin. Ternyata seketika itu juga Eropa merespons ucapan Raja al-Shalih dengan menarik mundur pasukannya.

Ketika akhirnya tentara Eropa angkat kaki dari Harem, Raja al-Shalih segera mengerahkan pasukannya. Ia mengepung benteng itu, sementara para penghuninya sudah kehabisan tenaga karena bertahan menghadapi serangan tentara Eropa. Mereka menjadi seperti sasaran empuk.

Banyak penghuni benteng itu yang terbunuh dan terluka. Akhirnya mereka menyerahkan benteng Harem itu kepada Raja al-Shalih, dan kemudian Raja al-Shalih menugaskan seorang mamluk bernama Srakh.

Salahuddin Al-Ayyubi adalah salah satu pahlawan besar dalam sejarah Islam. Ia mendapat gelar al-Malik al-Nashir yang artinya penguasa yang bijaksana.

Yusuf bin Ayyub atau yang lebih dikenal dengan Salahuddin Al-Ayyubi terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit pada tahun 532 H/1137 M. Ayahnya bernama Najm ad-Din Ayyub, seorang Gubernur Baalbek.

Keistimewaan Shalahuddin Al Ayyubi

Dalam diri setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada satupun manusia yang hanya memiliki kelebihannya saja tanpa ada kekurangannya. Semua sudah merupakan kodrat dari sang Pencipta. Tidak lepas dari seorang Shalahuddin Al Ayyubi pada saat dirinya menjadi seorang panglima perang, sampai akhirnya menjadi perdana menteri hingga menjadi raja di dalam kerajaannya.

Keistimewaan merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh setiap diri seseorang. Dan dalam hal ini, akan memberikan beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Shalahuddin Al Ayyubi disamping dirinya adalah seorang raja, akan tetapi dia juga sangat mencintai Ilmu Pengetahuan, Sastra, dan juga keistimewaan dari sifat pribadinya. Pribadi Shalahuddin Al Ayyubi menjadi istimewa dengan keseimbangan moral luar biasa yang membantunya dalam mewujudkan berbagai tujuan agung. Berikut akan dipaparkan beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Shalahuddin Al Ayyubi :

Dari semuanya itu, merupakan keistimewaan dari sifat-sifat yang dimiliki sosok Shalahuddin Al Ayyubi yang mengharumkan namanya dan menjadikan musuh-musuhnya tidak meremehkan keberaniannya.

Salahuddin Memenangkan Perang Salib

Merangkum buku 55 Tokoh Dunia yang Terkenal dan Paling Berpengaruh Sepanjang Waktu oleh Wulan Mulya Pratiwi, et.al, butuh waktu yang panjang bagi Salahuddin mempersiapkan perang salib. Selain persiapan fisik dan strategi jitu, beliau juga melakukan persiapan secara rohani.

Adapun persiapan lainnya adalah membangun benteng-benteng pertahanan yang kuat, perbatasan-perbatasan yang jelas, membangun markas-markas perang dan menyiapkan kapal-kapal perang terbaik. Persiapan juga dilakukan dengan mendirikan rumah sakit dan menyuplai obat-obatan.

Meskipun Salahuddin sakit keras, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk memperjuangkan tanah Nabi, Jerusalem. Justru semakin kuat tekad Salahuddin untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan kristen.

Perjuangan pertama disebut dengan perang Hathin, atau perang pembuka di mana pasukan Salahuddin pada saat itu berjumlah 63.000 prajurit. Pada perang Hathin, pasukan Salahuddin membunuh 30.000 pasukan salib dan menahan 30.000 pasukan salib.

Perjuangan selanjutnya di kota Al-Quds dan Jerusalem, di mana pasukan Salahuddin banyak yang syahid. Bahkan ketika pasukan Salib memasang salib besar pada batu Shakharkh, hal tersebut membuat pasukan semakin bersemangat dan akhirnya berhasil memenangkan perang salib yang kedua.

Mengadakan Perjanjian Damai Kepada Pihak Musuh

Meski para pendahulu Salahuddin cenderung melakukan perlawanan secara fisik, Salahuddin justru mengambil kebijakan dengan mengadakan perjanjian damai bersyarat dengan pihak musuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya banyak korban dan kerugian yang lebih besar.

Demikian kisah teladan yang dicerminkan dari sikap Salahuddin Al-Ayyubi di dalam sejarah peradaban Islam. Kegemilangan perjuangan dari sosok Salahuddin dapat menjadi teladan kita semua.

Skripsi ini membahas Perang Salib yang merupakan serangkaian operasi militer yang dilancarkan oleh Kaum Kristen Eropa terhadap kaum Muslimin pada abad ke-11, dan berlangsung selama kurang lebih dua ratus tahun. Babak paling dahsyat dari seluruh rangkaian Perang Salib ini adalah Perang Salib III (1187- 1192 M.). Pada babak itu muncul seorang pemimpin dari kalangan Islam Sunni bernama Salahuddin al-Ayyubi. Dia berhasil memimpin pasukan Islam dengan gemilang dan merebut kembali Yerusalem dari tangan kaum Kristen Eropa. Faktor yang mendasari kesuksesannya adalah konsep jihad yang dijalankannya, yaitu dengan memadukan antara jihad individu dan jihad kolektif, serta upayanya memperbarui strategi jihad.

OLEH HASANUL RIZQA Kemenangan Muslimin dalam Perang Hattin pada Juli 1187 mengawali pembebasan Baitul Maqdis. Usai pertempuran tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menawan ratusan prajurit Salib. Pimpinan mereka, Raja Latin Yerusalem Guy Lusignan dan Pangeran Antiokhia Raynald Chatillon, juga ikut ditangkap. Ada sekitar 200 orang yang dieksekusi. Termasuk di antaranya adalah para...

Latar Belakang Shalahuddin Al Ayyubi

Shalahuddin Al Ayyubi memiliki kepribadian yang bijaksana dan tegas dalam setiap langkah kehidupannya. Sosok pemimpin atau raja yang sangat disegani oleh masyarakat, prajurit dan para panglima perang ketika Perang Salib berkecamuk. Keberhasilannya dalam memimpin negara dan memimpin perang telah mampu memberikan sumbangsih dalam khazanah dunia Islam Abad Pertengahan.

Namanya besar, harum dan telah dikenal dan dikenang di dalam catatan sejarah Islam maupun sejarah Kristen. Kebijaksanaannya sebagai seorang raja telah diakui oleh para sejarawan dalam kisahnya. Pencapaian agungnya ketika ia telah berhasil menguasai Baitul Maqdis dari tangan kaum Kristen Salib.

Segenap kekuatan dan keyakinannya telah mampu menjadikan dirinya seorang panglima dalam medan perang. Perlindungan dan keadilan serta kecintaannya kepada Agama Islam menjadikan Shalahuddin Al Ayyubi sebagai sosok yang selalu mengedepankan kemaslahatan integritas agama dan masyarakatnya.

Shalahuddin Al Ayyubi mahir dalam ilmu dan strategi berperang. Ia sangat disegani oleh musuh yang dihadapinya. Bahkan ia sangat giat memerangi dan memberantas orang-orang yang memberontak dan yang tidak sepemahaman dengannya.

Sosok Shalahuddin Al Ayyubi tidak hanya dikenali oleh rakyat Mesir saja, di berbagai wilayah kekuasaannya ia sangat dikenali sebagai seorang pemimpin yang mampu menjadi panutan rakyat dan para prajuritnya. Hingga pada saat kematiannya, banyak sekali orang yang merasa sangat kehilangan akan sosoknya.

Untuk penjelasan mengenai Shalahuddin Al Ayyubi, penulis akan memaparkannya lebih lanjut mengenai masa hidupnya dari keluarganya hingga pendidikannya sampai ia menjadi sosok pemimpin Umat Islam yang agung.

Biografi Singkat Salahuddin Al-Ayyubi

Menukil buku Sejarah Islam oleh Mahayudin Hj. Yahaya, masa kecil Salahuddin Al-Ayyubi dihabiskan untuk belajar di Damaskus. Selain belajar agama Islam, Salahuddin Al-Ayyubi juga mendapat pelajaran militer dari pamannya Asaddin Syirkuh, yang merupakan seorang panglima perang Turki Saljuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bersama dengan pamannya, Salahudin berhasil menguasai Mesir dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Berkat keberhasilannya, Salahuddin diangkat menjadi panglima perang pada 1169 M.

Salahuddin dikenal karena kecerdasan dalam menyusun strategi, baik dalam peperangan maupun dalam pemerintahan. Tak membutuhkan waktu lama, Salahuddin mampu memimpin Mesir dengan baik.

Salahuddin juga mendirikan dua sekolah besar yang mengajarkan tentang Islam yang benar. Tujuan beliau adalah untuk menghapus ajaran Syi'ah yang menyebar di Mesir kala itu.

Kebijaksanaan Salahuddin Al-Ayyubi

Dengan segala kesabaran dan kebijaksanaan dalam perjuangan, Salahuddin Al-Ayyubi mampu mengalahkan pasukan Salib di Medan perang Hathin. Selain itu, ada tiga hal penting dari kebijaksanaan Salahuddin yang menjadikan peperangan yang dipimpinnya memperoleh hasil menakjubkan, yaitu:

Pemberian Cuti Kepada para Tentara

Pemberian cuti sangatlah berharga, terlebih lagi seorang tentara juga memerlukan waktu untuk beristirahat demi memperbaharui semangat jiwa dan mempertebal cita-cita meraih kemenangan. Salahuddin menjadikan kesempatan ini untuk mendekatkan diri secara personal serta menyiarkan dakwah kepada mereka.

Pemberian Grasi Kepada Pihak Musuh

Salahuddin saat menaklukan Jerusalem menampilkan keluhuran Budi kepada pasukan Salib, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan pasukan Salib dahulu saat menaklukan Jerusalem. Salahuddin justru memberikan grasi kepada beberapa orang di antara mereka yang dinilai tidak melakukan penindasan keji terhadap umat Islam.